“Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Mat. 2820b Duka karena kehilangan Seorang gadis kecil yang kehilangan boneka kesayangannya biasanya akan menangis sedih. Bagi orang dewasa hal itu mungkin dianggap sepele, tapi bagi gadis kecil itu suatu masalah besar. Kehilangan sesuatu yang amat kita sayangi sungguh menyedihkan, saat orangtua kehilangan anak, istri kehilangan suami atau sebaliknya, saat ditinggal kekasih, kehilangan pekerjaan atau harta. Mengapa Engkau berdiam, Tuhan? Seperti anak minta tolong pada orangtuanya, kita pun sering berseru pada Bapa di Sorga mohon pertolonganNya. Namun, terkadang Tuhan seolah-olah berdiam diri. Doa yang kita panjatkan sepenuh hati seperti berlalu begitu saja tanpa jawaban. Anak kita yang sakit, tetap tidak sembuh. Tuhan seakan-akan meninggalkan kita dan tidak mau menolong. Kecewa, sedih, putus asa, dan marah kita berseru, “Tuhan, mengapa Engkau tidak peduli padaku? Bukankah aku selalu taat padaMu? Bukankah aku sudah melayaniMu dengan setia?” Bahkan raja Daud yang penuh urapan Tuhan pun menulis, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.” Maz. 222 Dimanakah Engkau? Seorang ibu menyaksikan anaknya berjuang melawan maut. Menangis, berdoa, berseru mohon pertolongan Tuhan, namun ajal tetap merenggut anak itu. Dalam deraian airmata, dia berbisik, “Dimanakah Engkau, Tuhan, ketika aku membutuhkanMu?” Seorang penginjil pergi ke Afrika. tapi hanya berhasil mengajak seorang anak kecil ikut Sekolah Minggu. Istrinya meninggal dunia. Penuh kemarahan dan kecewa, penginjil itu pulang ke negaranya. Membenci Tuhan dan hidup mabuk-mabukan. Saat berusia 70 tahun terbaring stroke, anaknya yang dibesarkan sahabatnya di Afrika, datang menjenguknya dan memberitahu bahwa anak kecil yang dulu ikut Sekolah Minggu, telah menjadi penginjil besar di Afrika dan memiliki puluhan ribu jemaat. Mendirikan banyak pos penginjilan, sekolah Alkitab, dan rumah sakit. Mendengar berita itu, penginjil tadi terhibur hatinya dan kembali menerima Yesus menjelang akhir hidupnya. Apakah Tuhan sungguh ada? Seorang wanita Kristen melayani di pedalaman Amerika Latin. Suatu hari desa itu diserbu gerombolan komunis. Wanita itu bersembunyi dan mohon perlindungan Tuhan, tapi dia ketahuan lalu diperkosa. Dengan sedih, kecewa, dan marah dia berkata, “Kini aku sadar Tuhan tidak ada sebab ternyata Dia tidak menolongku.” Lalu dia menjadi ateis. Bunda Teresa, seorang tokoh kemanusiaan, saat melihat penderitaan luar biasa yang dialami kaum miskin di Kalkuta, merasa tidak tahan lagi sehingga menulis dalam buku renungannya, “Tuhan, apakah Engkau sungguh-sungguh ada? Mengapa Kau biarkan semua penderitaan ini terjadi?” Belajar dari orang lain Saat menghadapi masalah yang menekan, iman bisa goyah. Tidak yakin lagi dengan kasih dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita. Namun marilah kita belajar dari pernyataan iman beberapa orang yang tetap memiliki iman teguh dalam Tuhan. Orang yang teguh imannya Di hadapan peti jenazah putranya, seorang ibu lain dengan sedih berkata, “Tuhan, Kau yang memberi, Kau yang mengambil. Kuserahkan anakku dalam lindungan kasihMu” Ibu itu amat kehilangan putranya, namun karena imannya yang teguh, dia mampu berkata seperti itu. Tiada hujatan, kemarahan, penuh kepasrahan, dan tanpa tuntutan. Dia tahu anaknya berada di tangan Allah yang penuh kasih sehingga dia tidak perlu larut dalam duka. Viktor Frankl seorang psikiater Yahudi tinggal di Austria. Ketika Nazi menyerbu negara itu, ia ditangkap dan dikirim ke kamp konsentrasi. Dia kehilangan istri yang sedang hamil, orangtua dan saudaranya. Dia amat menderita, namun tetap beriman pada Tuhan. Di kamp itu, dia menguatkan sesama tahanan. Dia dan temannya menolong tahanan lain dan membagikan roti jatahnya yang sedikit. Dalam penderitaan itu, iman dan kasihnya semakin nyata. Ketika bebas, dia berhasil meraih gelar doktor, menulis 150 buku dalam 15 bahasa, mendirikan Sekolah Psikoterapi Wina Ketiga. Pada usia 85 tahun menjadi profesor neurologi dan psikiatri dan menerima 29 gelar doktor kehormatan. Meninggal pada usia 92 tahun. Sungguh orang-orang yang amat teguh imannya Tokoh yang imannya teguh Ayub mengalami penderitaan luar biasa. Semua anaknya mati, harta habis, istri menegurnya, ia pun menderita penyakit. Tapi dia mampu berkata, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Ayub 121 Stefanus bahkan dihukum rajam, tapi dalam kesakitannya, dia mampu berdoa, “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.” Kis. 760 Tuhan tidak pernah tinggalkan Pada saat ini mungkin ada yang merasa sedih, kecewa, bahkan marah pada Tuhan karena Dia tidak segera memberi pertolongan. Ingatlah, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia pun sedang bersedih bersamamu. Bukalah hatimu menerima penghiburan Tuhan sehingga menyegarkan dan menguatkan kembali hatimu. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu menyertai kita. Teguhkanlah imanmu. Amin. Yohannes Lie, Heartline, Jumat 14 Juni 2013GPdI Sukadana Baru, Joko Sulistiono, Minggu 25 September 2022
Bahkandalam ayat tersebut diatas, orang-orang yang telah tumpul perasaannya akan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Itulah ciri orang yang tidak menganl Allah. Karena itulah Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh dan penuh ketegasan mengingatkan agar kita sebagai seorang yang percaya dan mengenal Allah tidak lagi hidup
Allahtidak memanggilku untuk menjadi sukses, melainkan Ia memanggilku untuk menjadi taat.” - Santa Teresa dari Kalkuta - Kita tetap bersama dengan Dia dan tidak pernah meninggalkan kita - RD Paulus Pieter - Jika ada di antara kamu yang tidak memiliki kebijaksanaan, biarkan dia bertanya kepada Tuhan, yang memberi kepada semua orangNamun Allah tidak pernah memanggil kita untuk menginjilkan perasaan kita. Anda tidak dapat menurunkan jenis keyakinan subjektif ini. Ketika anak-anak tidak memiliki apa pun yang teguh untuk menggantungkan keyakinan mereka, tidak ada pengakuan iman historis yang mengikat mereka pada berabad-abad sejarah, tidak ada elemen fisik seperti roti
Kesadaranberibadah sesungguhnya terletak pengandaian bahwa setiap manusia membutuhkan harapan-harapan dan kedamaian dengan menyembah Allah Swt., bukan karena “terpaksa menyembahnya.”. Dari pendapat-pendapat di atas kita bisa menyimpulkan bahwa Allah tidak butuh disembah, tapi kita sendirilah yang sesungguhnya butuh menyembah-Nya.Allahyang kekal akan terus menerus mengerjakan sejarah, bagaimana Dia tidak pernah membiarkan dan tidak pernah meninggalkan. Hal ini bukan berarti kita tidak pernah mengeluh ataupun kecewa tetapi makin sedikit mengeluh dan kecewa; bukan berarti kita tidak pernah berputus asa tetapi makin tahu alasan untuk tidak berputus asa.